A.
Defenisi Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah suatu kalimat
yang yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis yang secara jelas disampaikan untuk menunjukkan suatu tujuan dari
penulis atau pembaca.
Artinya, kalimat dikatakan
efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud dari si pembicara atau penulis.
B.
Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.
Dapat menjelaskan
gagasan dari penulis atau pembicara baik secara lisan maupun tulisan.
2.
Dapat menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca.
3.
Memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain (Objek/Keterangan) yang
saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
4.
Biasanya mempunyai suatu imbuhan yang sama. Jika bagian kalimat itu
menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus
menggunakan di- pula.
Anak itu
ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
5.
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu,
kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan
maksud kalimat.
Bunga-bunga
mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Mawar,
anyelir, dan melati sangat disukainya.
6.
Kalimat efektif harus diberikan penekanan pada kata-kata tertentu. Caranya
bisa dengan mengubah posisi kalimat, menggunakan penekanan dengan imbuhan -lah,
-pun, dan -kah. Juga
dapat dengan menggunakan konjungsi pertentangan ataupun juga dengan menggunakan
kata ulang.
7.
Dan terakhir yang harus diperhatikan adalah kelogisan dari suatu kalimat.
Waktu dan
tempat saya persilakan.
Ibu penceramah, saya persilakan untuk
naik ke podium.
C.
Syarat Kalimat Efektif
Kalimat
efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Pencuri itu berhasil ditangkap polisi. (tidak
logis)
Polisi berhasil menangkap pencuri. (logis)
Kesamaan
atau kesejajaran bentuk kata atau frase yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Semakin
bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung jawab.
Kehematan
adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau
mengubah informasi.
a.
Hindari pengulangan
subjek
Contoh:
Saya datang agak terlambat sehingga tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b.
Hindari pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
Contoh:
Ayah saya dilahirkan pada Jumat 5 Juli
1956.
c.
Hindari kesinoniman
yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Contoh:
Sejak dari tadi dia hanya bermenung saja.
d.
Hindari penjamakan
yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh:
Banyak gedung-gedung pencakar langit di
Jakarta.
Ketepatan
ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
•
Pemakaian kata harus
tepat,
•
Kata berpasangan
harus sesuai,
•
Menghindari peniadaan
preposisi.
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan
tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan
berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan
ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
• Hindari penanggalan awalan,
• Hindari peluluhan bunyi /c/,
• Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh,
• Hindari pemakaian kata ambigu.
Kepaduan ialah informasi yang
disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
• Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
• Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-
• Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak
disisipkan kata
Kesejajaran
adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar
kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.
Keharmonisan kalimat artinya setiap
kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
Subjek
(S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu
hal.
Predikat
(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau
jati diri subjek.
Objek
dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Keterangan
(Ket) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.
Kalimat yang dipentingkan harus diberi
penekanan.
Caranya:
1. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan
bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
2. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat
menggunakan partikel -lah, -pun, dan -kah.
Contoh :
Saudaralah
yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
3. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang
dianggap
penting.
Contoh :
Dalam
membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,
diperlukan adanya komunikasi dan
sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.
4. Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang
bertentangan atau berlawanan makna atau
maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi
rajin.
D. Penggunaan Kalimat
Efektif
1.
Digunakan pada
tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi,
tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.
2.
Kalimat efektif
berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.
Karya ilmiah merupakan karya tulis
yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis,
disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta
didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
Tujuan penulisan karya ilmiah, antara
lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk
mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk
menyebarluaskan ilmu pengetahuan atau hasil penelitian.
Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta
menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
Bagi penulis, menulis karya ilmiah
bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih
mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis,
memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang
terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
Karya ilmiah populer adalah
karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.
1.
MAKALAH
Makalah adalah karya ilmiah yang
membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil
kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang
berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus
diselesaikan secara tertulis.
2.
SKRIPSI
Skripsi adalah karya ilmiah yang
ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan
dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat
Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.
3.
TESIS
Tesis adalah karya ilmiah yang
ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2),
yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister.
Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan
memecahkannya secara analisis kristis.
4.
DISERTASI
Disertasi adalah karya ilmiah yang
ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang
dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor
(Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya
pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang
bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat
memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa
bidang ilmiah.
5.
ARTIKEL
Artikel adalah sebuah karangan prosa
yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau
kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas.
6.
ESAI
Esai adalah ekspresi tertulis dari opini
penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan
fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah
satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain
semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa
akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar
menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman, tetapi ia menyelipkan
opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita
harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai.
7.
OPINI
Opini adalah sebuah kepercayaan yang
bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada
sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran
seseorang.
C.
Perbedaan
Pengetahuan dan Ilmu
Ada perbedaan prinsip antara
ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan
kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek
material dan objek formal.
Ilmu bersifat sistematis, objektif
dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan
klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi,
mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau
subjektif).
Pengetahuan adalah keseluruhan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik
maupun fisik, pengetahuan merupakan
informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan
mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan
dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error dan berdasarkan
pengalaman belaka.
Contoh:
Perdukunan,
ilmu batin; yang pelakunya sering dipanggil paranormal sudah diakui kebenaran dan
manfaatnya. Karena sifatnya masih
individual atau kelompok dan tidak sistematis serta tidak terbuka, maka orang yang akan mempelajarinya harus
mencari guru sendiri.
Guru merupakan acuan yang harus diikuti karena guru
merupakan itu sendiri (lain guru lain ilmu). Jadi, pengetahuan dapat dijadikan ilmu.
Filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika
proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang
tergolong ilmiah ialah yang disebut
ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas
pengaturan secara prosedural, metologis,
teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau
validitas ilmu, atau secara
ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Sedang pengetahuan tak-ilmiah
adalah yang masih tergolong prailmiah.
Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang
telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh
secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau
wahyu (oleh nabi).
E. Epistemologi,
Aksiologi, dan Ontologi
Epistemologi
atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan
dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalannya ia dapat mencapai realitas
sebagaimana adanya. Mereka mengandaiakan
begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyerabkan
bahwa pengetahuan mengenai struktur
kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber
tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersebut terdiri dalam
teori pengetahuan, di antaranya adalah:
Induktif yaitu suatu metode
yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan
hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
Deduktif ialah suatu metode
yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam
suatu sistem pernyataan yang runtut.
Metode ini dikeluarkan oleh
Agus Comte (1798-1857). Metode ini
berpangkal dari apa yang telah diketahui.
Aksiologi adalah teori
tentang nilai. Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu etika dan estetika, keduanya merupakan masalah yang paling banyak ditemukan dan
dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik. Dalam banyak wacana juga digunakan istilah baik dan jahat, karena perbuatan yang jahat akan merusak, perbuatan baik berarti membangun.
Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian
yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Keduanya pasangan
dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan secara esensial adalah penginderaan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan
nyaman pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak
lain, dan ini mengisyaratkan bahwa ada baiknya bagi kita menghargai pendapat
orang lain atau pepatah “de gustibus non disputdum” yang
artinya “mesti
tidak untuk segala hal”.
Ontologi
merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal pikiran yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di
bidang ontologi. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali
orang dihadapi pada adanya materi (kebenaran)
dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Dari beberapa pengetahuan di
atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Menurut bahasa,
ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, on atau ontos = ada, dan logos
= ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality baik yang berbentuk jasmani atau konkrit maupun rohani atau abstrak.