Jumat, 17 Oktober 2014

KALIMAT EFEKTIF & KARYA ILMIAH



I. KALIMAT EFEKTIF

A.   Defenisi Kalimat Efektif
          Kalimat efektif adalah suatu kalimat yang yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis yang secara jelas disampaikan untuk menunjukkan suatu tujuan dari penulis atau pembaca.
          Artinya, kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud dari si pembicara atau penulis.

B.   Ciri-Ciri Kalimat Efektif

1.   Dapat menjelaskan gagasan dari penulis atau pembicara baik secara lisan maupun tulisan.

2.   Dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca.

3.   Memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain (Objek/Keterangan) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.

4.   Biasanya mempunyai suatu imbuhan yang sama. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Contoh:
     Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

5.   Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu, kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Misalnya:
     Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.       
Seharusnya:
     Mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

6.   Kalimat efektif harus diberikan penekanan pada kata-kata tertentu. Caranya bisa dengan mengubah posisi kalimat, menggunakan penekanan dengan imbuhan -lah, -pun, dan -kah. Juga dapat dengan menggunakan konjungsi pertentangan ataupun juga dengan menggunakan kata ulang.

7.   Dan terakhir yang harus diperhatikan adalah kelogisan dari suatu kalimat.
Misalnya:
     Waktu dan tempat saya persilakan.
Seharusnya:
     Ibu penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.

C.   Syarat Kalimat Efektif

1.   Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis atau masuk akal.
Contoh:
     Pencuri itu berhasil ditangkap polisi. (tidak logis)
     Polisi berhasil menangkap pencuri. (logis)

2.   Kepararelan
Kesamaan atau kesejajaran bentuk kata atau frase yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Contoh:
     Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik,       bijaksana, dan tanggung jawab.

3.   Kehematan
Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.
a.    Hindari pengulangan subjek
Contoh: Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti                              acara pertama.
b.   Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh: Ayah saya dilahirkan pada Jumat 5 Juli 1956.
c.    Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Contoh: Sejak dari tadi dia hanya bermenung saja.
d.   Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh: Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

4.   Ketepatan
Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
Pemakaian kata harus tepat,
Kata berpasangan harus sesuai,
Menghindari peniadaan preposisi.

5.   Kecermatan
Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
Hindari penanggalan awalan,
Hindari peluluhan bunyi /c/,
Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh,
Hindari pemakaian kata ambigu.

6.   Kepaduan
Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek- 
   verbal-pasien.
Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata
   Daripada atau tentang.

7.   Kesejajaran
Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan.

8.   Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
Subjek
     Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal.
Predikat
     Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek.
Objek dan Pelengkap
     Objek dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Keterangan
     Keterangan (Ket) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.

9.   Penekanan

     Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.

Caranya:
1. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan          

    bagian yang penting di depan kalimat.

Contoh :
     Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada                   kesempatan lain.                                                                                          
2. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat         

    menggunakan partikel -lah, -pun, dan -kah.

Contoh :

     Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.

3. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang

    dianggap penting.

Contoh :
     Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan       murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,          diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara      satu dan lainnya.
4. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang
    bertentangan atau berlawanan makna atau maksud dalam bagian

    kalimat yang ingin ditegaskan.

Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

D.  Penggunaan Kalimat Efektif
1.   Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.
2.   Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.



II. KARYA ILMIAH

A.   Defenisi Karya Ilmiah

          Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik.
          Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan atau hasil penelitian.

Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan.
          Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.

          Karya ilmiah populer adalah karya ilmiah yang disajikan dengan gaya bahasa yang populer atau santai sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca.

B.   Jenis Karya Ilmiah

1.    MAKALAH

     Makalah adalah karya ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis.

2.    SKRIPSI

     Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.

3.    TESIS

     Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan memecahkannya secara analisis kristis.

4.    DISERTASI

     Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan, dengan menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimplikasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah.

5.    ARTIKEL

     Artikel adalah sebuah karangan prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas.

6.    ESAI

     Esai  adalah ekspresi tertulis dari opini penulisnya. Sebuah esai akan makin baik jika penulisnya dapat menggabungkan fakta dengan imajinasi, pengetahuan dengan perasaan, tanpa mengedepankan salah satunya. Tujuannya selalu sama, yaitu mengekspresikan opini, dengan kata lain semuanya akan menunjukkan sebuah opini pribadi (opini penulis) sebagai analisa akhir. Perbedaannya dengan tulisan yang lain, sebuah esai tidak hanya sekadar menunjukkan fakta atau menceritakan sebuah pengalaman, tetapi ia menyelipkan opini penulis di antara fakta-fakta dan pengalaman tersebut. Jadi intinya kita harus memiliki sebuah opini sebelum menulis esai.

7.    OPINI

     Opini adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau mungkin yang ada dalam pikiran seseorang.

C.   Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu
       Ada perbedaan prinsip antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu merupakan kumpulan dari berbagai pengetahuan, dan kumpulan pengetahuan dapat dikatakan ilmu setelah memenuhi syarat-syarat objek material dan objek formal.
       Ilmu bersifat sistematis, objektif dan diperoleh dengan metode tertentu seperti observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisisnya bersifat objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif).
       Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik, pengetahuan merupakan  informasi yang berupa common sense,  tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu.  Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
       Contoh:
       Perdukunan, ilmu batin; yang pelakunya sering dipanggil paranormal sudah diakui kebenaran dan manfaatnya. Karena sifatnya masih individual atau kelompok dan tidak sistematis serta tidak terbuka, maka orang yang akan mempelajarinya harus mencari guru sendiri. Guru merupakan acuan yang harus diikuti karena guru merupakan itu sendiri (lain guru lain ilmu). Jadi, pengetahuan dapat dijadikan ilmu.

D.  Filsafat Ilmu
                   Filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
                   Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).

E.   Epistemologi, Aksiologi, dan Ontologi
          a. Epistemologi
                   Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalannya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandaiakan begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyerabkan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersebut terdiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
1.   Metode Induktif
                   Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
2.   Metode Deduktif
                   Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
3.   Metode Positivisme
                   Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui.

          b. Aksiologi
                   Aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu etika dan estetika, keduanya merupakan  masalah yang paling banyak ditemukan dan dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
                   Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik. Dalam banyak wacana juga digunakan istilah baik dan jahat, karena perbuatan yang jahat akan merusak, perbuatan baik berarti membangun.
                  Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Keduanya pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan secara esensial adalah penginderaan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lain, dan ini mengisyaratkan bahwa ada baiknya bagi kita menghargai pendapat orang lain atau pepatah “de gustibus non disputdum” yang artinya “mesti tidak untuk segala hal.

          c. Ontologi
                    Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal pikiran yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapi pada adanya materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Dari beberapa pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.   Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, on atau ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2.   Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani atau konkrit maupun rohani atau abstrak.




0 komentar:

Posting Komentar

 

Add My Facebook & Twitter

Pengikut

Wildan Sani Nugroho Copyright © 2009 Community is Designed by Bie